Pelajari Sitotoksitas Kombinasi 5-Fluorourasil, Eri Amalia Raih Gelar Doktor
Jatinangor, 6 Februari 2021. Eri Amalia berhasil meraih Gelar Doktor di Program Studi Doktor Farmasi Universitas Padjadjaran setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul “Sitotoksisitas dan Mekanisme Kerja Kombinasi 5-Fluorourasil+Propolis Larut Air Dan 5-Fluorourasil+Caffeic Acid Phenethyl Ester Pada Sel Kanker Payudara MCF-7” pada Sidang Terbuka Program Studi Doktor Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Rabu (3/2). Eri amalia melaksanakan penelitian disertasi dibawah bimbingan Prof. Dr. Anas Subarnas M.Sc. dan Prof.Dr. Ajeng Diantini M.Si. Pada sidang terbuka, eri harus mempertahankan disertasinya dihadapan oponen ahli Prof.Dr. Elin Yulinah Apt dari ITB, Prof. Dr. Marline Abdassah dari UNPAD, Dr. Med.Sc Melisa Intan Barliana dari UNPAD dan Prof.Dr Ahmad Muhtadi sebagai representasi Guru Besar Unpad.
Eri Mengungkapkan, saat ini pengobatan kanker payudara dengan kombinasi obat dilakukan untuk mengontrol dan menghambat pertumbuhan kanker secara efisien. 5-Fluorourasil (5- FU) adalah salah satu obat yang digunakan dalam pengobatan kanker payudara yang dikombinasikan dengan obat antikanker lainnya. Namun, pengobatan dengan 5-FU masih memiliki kendala, terutama toksisitas dan efek samping obat yang tinggi seiring dosis yang digunakan.
Hal ini mendorong Eri melakukan penelitian untuk mencari senyawa baru untuk mengatasi kendala tersebut dengan menggali manfaat kearifan lokal, yaitu propolis lebah Trigona spp. dari kabupaten Luwu Utara-Sulawesi Selatan, Indonesia. Propolis dibuat dalam bentuk propolis larut air (PLA), sehingga diharapkan terkandung senyawa bioaktif dengan permeabilitas membran yang baik dan dapat dikembangkan dalam sediaan farmasi lebih lanjut.
Caffeic acid phenethyl ester (CAPE) dikenal sebagai senyawa bioaktif dalam propolis yang ditemukan di beberapa negara. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari potensi sitotoksisitas PLA dan CAPE pada sel kanker payudara MCF7 dalam pemberian dosis tunggal dan kombinasi dengan 5-FU.
Mengacu pada tata laksana terapi kanker payudara yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan World Health Organization (WHO), 5-Fluorourasil (5-FU) adalah salah satu obat yang digunakan pada terapi utama dan lini kedua dalam pengobatan kanker payudara, yang digunakandalam kombinasi dengan obat kanker lainnya .
Terapi dengan kombinasi obat menjadi pilihan dalam pengobatan kanker payudara untuk mencapai efikasi efek farmakologi yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat diterima oleh pasien . Namun penggunaan 5-FU demikian juga senyawa sitotoksik yang digunakan saat ini masih memiliki keterbatasan yaitu terjadinya multidrug resistance dan toksisitas obat yang meningkat seiring dengan dosis yang
digunakan . Maka, saat ini diperlukan upaya pencarian senyawa baru yang dapat dikembangkan untuk terapi kankerpayudara dengan efek samping yang rendah.
Hal ini telah mendorong dilakukannya penelitian terhadap kombinasi obat antikanker payudara yang saat ini banyak digunakan secara klinis, yaitu 5-FU dengan bahan alam yang secara pra-klinik telah teruji aktivitas sitotoksiknyaterhadap beberapa jenis sel kanker.
Indonesia diketahui sebagai negara dengan biodiversitas yang tertinggi kedua di dunia setelah Brazil dan kaya akan sumber bahan alam yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat-obatan diantaranya sebagai obat dalam pengobatan kanker payudara . Bahan alam yang digunakan dalam penelitian ini adalah propolis dari spesies lebah Trigona spp. yaitu Tetragonula biroi yang berasal dari Kabupaten Luwu Utara propinsi Sulawesi selatan. Propolis telah digunakan secara homeopatik untuk beberapa pengobatan termasuk untuk antitumor dan antikanker payudara.
Dalam penelitiannya Eri mempelajari potensi propolis larut air (PLA) dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 baik dalam dosis tunggal maupun kombinasi dengan 5-FU melalui uji in vitro dengan metoda MTT (3-(4-5-dimethylthiazol- 2yl)-2,5- diphenil tetrazolium bromide. PLA diharapkan mengandung senyawa polar atau semi polar yang memiliki permeabilitas membran sel yang baik, sehingga akan lebih mudah untuk dikembangkan lebih lanjut dalam pembuatan sediaan obat, terutama sediaan injeksi yang biasa digunakan dalam terapi kanker payudara.
Pada penelitian ini telah dilakukan juga pengujian sitotoksisitas kombinasi 5-FU dengan Caffeic acid phenethyl ester (CAPE) atau 5-FU+CAPE. CAPE diketahui sebagai senyawa bioaktif dari propolis di Brazil, India dan Romania. CAPE diketahui memiliki aktivitas diantaranya sebagai antimikroba, antiinflamasi dan juga memiliki aktivitas sitotoksik pada sel MCF-7. Identifikasi kandungan CAPE dalam propolis mentah dan dalam PLA dievaluasi dengan metoda High Performa Liquid Chromatography (HPLC) dan Electrospray Ionization Mass Spectrometry (ESIMS). Uji in vitro kombinasi 5-FU+PLA dengan metoda MTT pada sel kanker
payudara MCF-7, tipe kematian sel akibat perlakuan, pengamatan morfologi sel dengan mikroskop inverted, evaluasi ekspresi mRNA caspase-8, caspase-9 dan Bax dilakukan seperti dengan cara yang sama seperti pada uji kombinasi 5-FU+PLA. Mekanisme apoptosis intrinsik dari 5-FU, PLA dan CAPE lebih lanjut dipelajari dengan metode enzimatik, yaitu dengan melihat potensinya dalam menghambat aktifitas enzim human Dihidroorotate dehydrogenase (DHODH).
Melalui penelitian ini Eri mengharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan keilmuan di bidang farmakologi, khususnya dalam mencari senyawa obat untuk terapi kanker payudara.*(wep)